Tuan bertuksedo hitam gemar berkelana. Mencari sesuatu entah apa.
Menjamahi satu per-satu kereta. Kemudian pulang ke stasiun yang sama.
Sampai suatu ketika tuan bertuksedo hitam lupa jalan pulang.
Tidak ada pesan yang singgah.
Tuan bertuksedo hitam rindu rumah yang sudah jauh entah dimana.
Kini Ia hanya bisa mengirim doa penuh kerinduan, kepada entah siapa.
Friday, 29 March 2013
Balerina Muram
Ia hanya lelah menari. Lelah mengikuti alunan nada yang kencang dan turun dalam seketika.
Nona balerina tidak tau harus mengadu pada apa.
Ia hanya lelah. Nona balerina berlari, menuju entah apa. Ia hanya ingin pergi jauh.
Nona balerina menengguk segelas pilu, menanamkan sebuah bibit kebencian pada sebuah rindu.
Pada saat langit diruntuhi kerinduan,
Nona balerina hanya bisa menunggu di stasiun tanpa bisa berbuat apa-apa. Tanpa berharap apa-apa.
Nona balerina tidak mampu membenci, Ia hanya bisa terus menari dibawah alunan musik muram menyayat nadi.
Nona balerina tidak tau harus mengadu pada apa.
Ia hanya lelah. Nona balerina berlari, menuju entah apa. Ia hanya ingin pergi jauh.
Nona balerina menengguk segelas pilu, menanamkan sebuah bibit kebencian pada sebuah rindu.
Pada saat langit diruntuhi kerinduan,
Nona balerina hanya bisa menunggu di stasiun tanpa bisa berbuat apa-apa. Tanpa berharap apa-apa.
Nona balerina tidak mampu membenci, Ia hanya bisa terus menari dibawah alunan musik muram menyayat nadi.
Sunday, 17 March 2013
Menyederhanakan Mimpi
Aku ingin menyederhanakan mimpi-mimpiku. Sederhana layaknya senja; sederhana dan indah. Aku ingin menyederhanakan mimpiku. Duduk dan bercengkrama suka ria tanpa ada beban bersama orang-orang yang pernah membuatku bahagia.
Aku ingin menyederhanakan mimpiku.
Mereka bilang aku boleh bermimpi setinggi-tingginya. Dan aku disini, terus bermimpi dengan sederhana.
Subscribe to:
Posts (Atom)