Monday 31 January 2011

day #18; Kepada Penyapa-ku

Surat pertama untukmu, yg menyapaku tadi, di perjalanan pulang.

Memang terasa perbedaan yg cukup besar saat tak jua bertemu denganmu seminggu belakangan, dan tadi, kau hadir kembali. Menyapaku, dalam perjalanku sepulang dari sekolah. Sapaan hangat yg tak lebih dari 5 menit. Kemudian kau kembali menghilang.

Sapaan hangat cahaya matahari, kadang rindu, kadang aku masih belum ingin mendapat sapaan hangatmu. Terlalu senang hati ini dengan kesejukan bumi. Dingin, lalu saling mencari kehangatan.

Kepadamu yg menyapaku tadi, akankah kau hadir kembali dan menyapaku besok?biarkan sajalah kesejukan ini tetap membumi, sampai akhirnya aku benar2 merindukan sapaan hangatmu.

Salam dariku, penikmat kesejukan.

Sunday 30 January 2011

day #17; a Letter for Sunday

selamat pagi

thak you,
for the coolness this morning
for the relax times

woke up in a cold weather, and remember today is Sunday, what a great morning. even tomorrow is Monday, who care, i'll keep enjoying my relax times today. forgetting on any projects and tests which are comin' up soon. whatever, i just wanna feel relax after the 5 busy days.

dan ya, terimakasih Minggu. I have to enjoy and make it worthful.

Saturday 29 January 2011

day #16; Surat Untuk Hujan

untuk cuaca indah beberapa waktu belakangan.

selamat datang, hujan
terimakasih untuk kesejukanmu
tetaplah turun sesukamu
jangan jenuh untuk berkunjung

tetaplah sejukkan hari demi hari
sejukkan juga jiwa jiwa yg panas
jadilah latar kisah kisah romantik bumi
pemberi keindahan dibalik kemuraman

dan jika kau ingin pergi
jangan terlalu lama
aku terlanjur jatuh
jatuh pada kesejukanmu

before you go,
give us rainbow
the sweet and the great one
agar rona indah pelangi itu tetap bersemi dalam cangkirku

Friday 28 January 2011

day #15; a Warm Letter

kemarin, yg notabene adalah hari ke 14 aku menulis surat. dan harusnya tertera disana surat ku yg ke 14. tapi ya, kondisi membuat perbedaan. rengekan langit sama derasnya dengan rengekan penghambat hidung ini.

however, it's the 15th. the 15th letter. i've through a half month.
still trying to make you warm, with my letter.
with my words, help you through the storm.
under the skies that still crying on something.
make this earth's getting colder.
and im here, with my letter,
try to be your blanket.

a blanket which is wrapping you in the night.
keep you warm, keep you comfort.
even you're walking through the nightmare.
if I could, I will be your angel in your nightmare.

warm regards, from a warm letter.

day #14

hai !

yap, I missed the 14th day. yap, bukannya lalai *bukan ngebela diri ini loh:))* tapi ya kondisi kesehatan lagi ga memungkinkan. kemarin pulang sekolah istirahat seharian dan alhamdulillah sekarang udah jauh lebih baik.

dan yap, minggu ini dan minggu depan bakalan jadi minggu sibuk. sibuk ulangan, dan deadline tugas perbaikan fisika udah nyaris menemui ajal *buru buru nyelesein nulis*.dan yak, besok ulangan sejarah. subject yg emang ga pernah aku kuasai sejak smp, zaman Pak Lukman dulu. anyway, jadi kangen SMP *salah galau*.

yasudahlah, enjoy your day guys, enjoy your weekend, enjoy every shit and every pearl. have a peace, have a great melody. god by your side !

Wednesday 26 January 2011

day #13; Selamat Jalan

Kepada sosok yg sedikit kukenal, dan mungkin tidak mengenaliku.

Entah apa yg kau terawang beberapa bulan belakangan, aku tidak tau, dan mungkin ya aku tidak harus tau. Aku juga tak tau apa yg kau rasakan, entah menahan semua rasa sakit, ataukah memang sudah mati rasa?aku tidak tau.

Namun, apapun terawanganmu, apapun yg kau rasakan, semua yg kau lakukan sebelum hembusan nafas terakhirmu pagi tadi -yg sukses membuat orang2 kaget, meneteskan air mata- akan tetap di ingat.

Apapun itu, langkahmu akan tetap disertai doa duniawi dari Bumi ini.
Selamat Jalan, bg Ramadhano Isnan, semoga tempat terbaik di sisi-Nya menjadi tempat persemayatan mu.

Tuesday 25 January 2011

day #12; Enyahlah

aku menulis lagi, menulis surat cinta. surat kali ini mungkin akan tidak tampak seperti surat cinta, tapi yakinlah, ini adalah sebuah surat cinta. mengungkapkan rasa cinta ku kepada kebencian.

aku harus menjalankan rutinitasku. entah itu membosankan, menyenangkan atau memuakkan. tapi itulah hidupku. dan kau, terkadang sangat senang hadir pada waktu yg sangat tidak tepat. aku benci itu.

disaat aku ingin terbang, kau selalu menghalanginya. bukan kesalahan jika aku terus mengadu kepada-Nya agar engkau enyah, untuk selamanya.

untuk rasa nyeri di lengan kananku,
pergilah
enyahlah
aku mungkin cinta
cinta untuk membencimu

aku begitu membenci moment ketika engkau hadir kembali. sekali lagi, enyahlah.

Monday 24 January 2011

day #11; Kamu, lagi

Untuk kamu, pendampingku di masa yg akan datang.

Tetaplah menari dalam keanggunanmu
Berpijarlah sebagaimana mestinya
Tetaplah satukan jemarimu denganku
Tetaplah menari dalam genggamanku

Dan kalau bisa, semoga kita tak bernasib seperti sebungkus roti. Yg harus menghilang pada tanggal tertentu. Semoga kita tak harus kadaluarsa dalam secangkir kafein. Menelan segala kepahitan, keracunan, dan kemudian benar benar hanyut dalam gelap.

Kita memang tak harus selalu mengambang di udara, tak harus selalu memeluk pelangi yg sama. Tapi percayalah, bernasib seperti sebungkus roti bukan akhir yg baik untuk kita, pelakon keindahan mawar.

Sunday 23 January 2011

day #10; Kita tak Perlu Menjadi Romeo-Juliet

untukmu, titik terang dalam gelap-ku.

entah besok, atau lusa, atau kapan, kita akan bertemu. aku yakin. kelak aku akan menggenggam tanganmu. menyalurkan kehangatan melalui jemari kita yg saling menyatu. kelak, kita akan bermain di taman bunga yg sama. saling mencari didalam gelap, atau bahkan berdua kita tersesat didalam gelap.

dan aku tak akan menjadi Romeo untukmu, karena kau juga tak perlu menjadi Juliet untukku. kau tak perlu mati suri untukku, dan aku mungkin tak perlu melesakkan nyawaku ke rumahnya untukmu. cukuplah kisah kita saja.

kita tak perlu penulis lain, biarlah buku itu kita yg mengisinya. kita tak perlu bersembunyi dalam kerumunan, kita tak perlu menjadi pembangkang. cukup pada kisah kita, 2 insan pelakon keindahan mawar dan kepahitan kafein.

Kita tak perlu menjadi Romeo-Juliet untuk sebuah kisah romantik

Saturday 22 January 2011

day #9; Sebuah Kesederhanaan

bisa dibilang aku orang yg tidak punya kecukupan kreativitas, bahkan inspirasi pun sulit untuk aku temukan. terlebih saat semuanya gelap, aku meng-abu, sulit melihat titik terang.

di saat aku harus mengecat sebuah dinding yg putih dan masih sangat bersih, aku mungkin akan kesulitan untuk membuatnya terlihat indah. jika memang tak tau harus apa, mungkin aku hanya akan memadukannya dengan hitam, tampak sederhana.

mungkin semua orang meninginkan sesuatu yg ellegant, tampak mengilap dalam keramaian. menjadi sebuah perbincangan hangat dalam perkumpulan penikmat cangkir hangat. menjadi daftar terbanyak dicari dalam bursa pemasokan mawar. tapi, apa semua hal harus ellegant?

mungkin akan ada masanya, dimana kesederhanaan akan mengalahkan kilapan ellegant. kesederhanaan itu seolah menjadi magnet bagi lampu sorot. menyorot tiap langkah, tiap kata, tiap tawa dan tiap kreasi yg dihasilkannya.

melalui sebuah kesederhanaan, mungkin dinding putih bersih itu akan tampak menarik. menarik lalu lalang kerumunan orang, termasuk hewan peliharaan, yg mungkin bahkan enggan membuang hajatnya di dinding itu.

dan dari itu, mungkin kelak sebuah kesederhanaan akan mengisi sebuah kegelapan, menjadi setitik cahaya dalam gelap, menjadi pemanis pahitnya kopi, dan menjadi yg pertama dan mungkin juga yg terakhir.

menjadi yg pertama menyapa di pagi hari, menjadi penyapa terakhir di dinginnya malam. menghangatkan jiwa, menyejukkan hati. dan yg lebih penting, menjadi sumber inspirasi dalam sebuah kebuntuan.

Aku, akan menantikan saat itu tiba

Friday 21 January 2011

day #8; terlalu buntu

ingin kuhempaskan tembok itu
tembok penghalang yg tinggi
penghalang tamanku, dan tamanmu
membutakan pelangi di mata

kupanjati tembok tinggi itu
meski harus terjatuh
kehilangan kekuatan genggam tanganku,
hingga harus terbaring di ranjangku

kau tahu untuk apa?
untuk mawar yg anggun
taman itu sangat tertutup
untuk orang terdekat sekalipun

sudah sejak lama aku menyukai mawar, walaupun terkadang aku bukan sosok yg tepat untuk merawat mawar yg begitu mempesona, yg sangat indah dipandang mata. aku ingat, ketika setangkai mawar yg telah layu, saat kami bersenandung dibawah tenda yg sama. hanyut bersama dalam lautan nuansa classic, dengan hujan yg menari suka cita diantara kami.

mawar dibalik tembok tinggi itu?aku tak tahu pasti. bahkan sang empu mawar tak terlihat mengizinkan siapapun menyentuh mawarnya, untuk melihat mungkin saja masih diberikan suatu izin.

dan semoga, mawar itu kugenggam, merawatnya dengan baik, bersenandung bersama, saling menghangatkan jiwa ditengah guyuran hujan.

-aku tak tahu apa yg aku tulis, terlalu buntu untukku melontarkan kata kata.entahlah, mungkin aku telah terbunuh oleh samurai bernama senyuman itu-

NB:surat ini tanpa tujuan

Thursday 20 January 2011

day #7; Andai Detik itu Tidak Bergerak

Aku lelah akan rutinitas
Melakukan hal monoton berulang ulang
Menghantui setiap sudut otak
Hingga titik frustasi memeluk diri ini

Aku lelah harus terus berlari
Menjauh dari kejaran detik
Bangkit dari serpihan mimpi
Untuk sesuatu yg membosankan

Andai saja detik itu tidak bergerak, mungkin aku akan lebih menikmati hari hariku. Bermain di taman bunga bersama mereka. Sama sama memeluk erat pelangi di atas gumpalan awan, saling melempar tawa, dan tentu saja untuk secangkir kafein.

Andai saja detik itu tidak bergerak, aku akan lebih banyak menyajikan secangkir tawa dengan mu, sepiring snack berhiaskan senyuman.

Dan andai saja detik itu tidak bergerak, bersama kita kan duduk di jarumnya atas nama kebahagiaan tanpa bayang bayang setan rutinitas

Wednesday 19 January 2011

day #6; Surat Singkat Untuk 2 Jiwa

Selamat malam, raungan sepi. Selamat bersenandung, jiwa yg mengambang di langit sana. Dan ucapan khusus melayang kepada kalian, 2 jiwa yg mungkin tlah tau apa maksud surat kali ini.

Entah kata apa yg pantas aku ukirkan atas apa yg telah lalu. Berawal dari accident, berlanjut bagai untaian rantai berparaskan mawar. Bersatu dalam hitungan jam, melupakan waktu dan terus berbagi suapan awan. Menari bersama, melantunkan tawa bernada kesenangan bersama. Tak pelak berbagi tetesan darah.

Sudahlah, aku enggan menambahkan warna merah di muka kalian. Semoga tetap saling bersama, tunggu, semoga saja kalian menginginkan sama dengan yg kuinginkan, dan kita menginginkan hal yg sama, dengan satu tujuan, kebersamaan.

Tuesday 18 January 2011

day #5 ; Bisikan 10 Tahun

Hai, jiwa dan ragaku 10 tahun yg akan datang.
Bagaimana kabar langit disana?
Apakah langit sekarang dengan langitmu disana sama indahnya?
Semoga langitmu jauh lebih menarik dari langit yg sekarang.

Aku tak bisa membayangkan dirimu disana
Dengan berantakanku sekarang, semoga kau lebih sigap
Apakah kau mencapai karir mu seperti yg kau impikan dulu?
Kuharap begitu,
Dan semoga kau telah menginjakkan kakimu di tanah hijau-putih-merah

Ohya, bagaimana dengan titik terang itu?
Titik terang yg kutulis di hari pertama,
Kuharap dia memang semenawan yg "kita" harapkan
Apakah dia datang dari masaku?atau masamu?

Yah, mungkin aku terlalu banyak bertanya kepada dirimu, tapi aku tak pelak selalu menyisipkan berbagai doa untukmu. Aku ingin kau membalas suratku ini, di masamu, dengan titik terang itu disampingmu, tentu dengan senyuman jiwa yg penuh kebahagiaan. Dan kuharap. Kusudahi surat ini, surat untuk 10 tahun yg akan datang, 18 January 2021

Monday 17 January 2011

day #4; Senandung Pesan Rindu

Selamat Pagi Senin
Selamat mengutuk hari
Selamat membuka semangat baru
Selamat bersenandung indah

Pagi, hujan, dingin, gelap
Di tengah ruangan kelas,
tanpa ada penerangan lampu
Aku, bersama rintikan hujan menyenandungkan rindu

Rindu sebuah kisah klasik kita
Aku, kau, dan juga mereka
Yang pernah saling bersama
Dan juga menenun kisah bersama

Apa kabar kalian saat ini?
Kalian yg dulu,
saling satu tujuan denganku
Kalian yg mungkin sama rasanya denganku

Aku hanya mampu menulis pesan rindu yg singkat kepada kalian, kalian yg bersama menulis sebuah kisah denganku. Bersama rintikan hujan, aku senandungkan kerinduan kepada kalian, atau mungkin kau, yg datang kembali di layarku. Selamat beraktivitas, dalam naungan rindu.

Sunday 16 January 2011

day #3; Selamat Kembali, Cahaya Pembunuh

Hai, selamat pagi. Tak ada salahnya kuucapkan selamat pagi untukmu setelah gelap dimakan terang, kan, pembunuh? Dan juga setelah sekian lama kau tak muncul di layar itu, dan ya, aku rasa ucapan selamat ku sah sah saja.

Minggu Pagi, bersamaan dengan munculnya terang kau kembali disini, di layar itu. Dengan berbagai keahlianmu untuk membunuhku, dan aku kan tetap melawanmu, pembunuh. Bisa dibilang kau tlah lama menghilang dari layar itu, entah ke dimensi mana engkau berkelana, aku pun merasa kosong, abu abu, aku tak mengeluarkan sepeser tenagaku
selama kau menghilang.



dan sekarang, kau hadir kembali. Mari bertempur, sejauh apa kau bisa meluluh lantakkan diriku, ataukah kau yg dengan mudah kutaklukkan? yg pasti, Selamat kembali, cahaya pembunuh daya injak bumi-ku. Kepakkanlah sayapmu, dan terbanglah di cakrawala sana, bawa serta ku melayang dan tentunya kuberharap kau tak menghempaskan jasad ku ini dari ketinggian sana.

Saturday 15 January 2011

day #2 ; Darah Nyonya Tua

Keanggunan sang Nyonya, mengalirkan Hitam-Putih diatas altar hijau penuh gemuruh antusias. Sang Pangeran, mengemban darah yg sama, dibawah bendera sportifitas, menarikan keindahan yg tak kalah anggun dengan paras sang Nyonya.

Aku, terjun ke medan perang, tak peduli hati akan tertindas, ku tutup telinga atas teriakan nada minor mereka, membius diriku sendiri atas nama sang Nyonya, demi Darah Nyonya Tua.

Bersama mereka, aku akan menjadi Pangeran ke 12, menjunjung tinggi Darah Nyonya Tua dan melesakkan namanya ke Dunia, kembali menjadi yg pertama.

Friday 14 January 2011

day #1 ; teruntukmu, titik terang dalam gelapku

Kupejamkan mataku, aku bertemu gelap
Saat kubuka mataku, terlalu silau untuk pupil ini
Kupejamkan kembali sepasang mataku
Menanti sebuah titik terang, yg tentu saja itu kamu

Engkau, setitik cahaya dalam gelapku
Menyeretku dari keterpurukan,
Serta mengajarkanku mengalahkan terik duniawi
Kau mengajarkanku terang, sebagaimana keahlianmu

Engkau, sang pembunuh
Pembunuh daya injak bumi-ku
Buatku melayang, mengambang di udara
Aku beruntung, bisa memeluk pelangi

Ya, itu kau, sesosok yg mungkin tak kukenali, seberkas cahaya terang, dalam gelapku. Mari berjalan bersama, menelusuri altar kegelapan, dengan terangmu, Cahaya-ku