Friday 28 June 2013

Sore Terakhir

Salju masih terus berjatuhan. Aku masih terpaku di perapian. Instrumental klasik membahana di seluruh ruangan. Meliuk di telinga kiri ku, dan juga di kanan. Kayu bakar mulai jatuh berguguran. Cangkir teh yang sudah sedari tadi masih tak tersentuh tangan, asapnya mengebul layaknya sebuah harapan.

Wajahmu pucat. Pasi. Kaku. Padahal baru saja kita menertawakan kesedihan kita.
"Wajahmu seperti kepiting rebus" katamu, sambil tertawa. Dan aku hanya bisa ikut larut dalam nada-nada tawamu.
Pada saat seperti ini aku tidak tau harus berbuat apa. Menanti Matahari terbit lagi? Ia baru saja berlalu. Menunggu bintang memberi jawaban? Langit bahkan terlalu angkuh memberi ruang untuk bintang-bintang itu berpijar.

Jadilah aku di sini, tertekuk. Mengutuk-ngutuk. Gundah.
Bukan kepergianmu yang seperti ini yang kuharapkan. Berakhir di depan perapian karena kau harus beristirahat.
Selamanya.

Thursday 27 June 2013

Delusi

Jam ke-4, cangkir ke-3.
Aku masih berharap punggungmu berbalik.
Aku terus menunggu, kau tak kunjung datang.
Antitesis sempurna.
Disleksia.
Aku tak pernah bisa mendengar hatimu.
Aku tak bisa membaca gerikmu.
Dan kau bahkan tidak pernah menulis yang kubaca.
Adagio.
Jarum jam seakan tidak pernah berputar.
Aku tetap di sini, menyeruput cangkir kegelisahan.
Menanti yang bahkan tidak pernah ada.

Kau berdelusi, nona.
Aku bergegas bangkit, kereta sudah tiba. 

Wednesday 26 June 2013

Nona Balerina; Resah

“Aku rindu. Entah pada apa. Aku merindukan sesuatu”, gadis itu bercengkrama dengan tembok kamarnya. Ditemani kupu-kupu dalam toples kaca. Hujan masih belum lelah turun. Hatinya pun masih sibuk berseteru, membawa hawa muram pada dinding-dinding ruangan.

“Aku lelah”, Ia kembali berbisik. Ia bangkit, menjinjitkan kaki kiri, on pointe. Lalu mengangkat kaki kanan nya dan juga kedua tangannya. The Nutcracker. Berputar. Lalu Ia melompat, the grand jet. Dihempaskannya toples kaca kesayangannya. Perih. Ia kembali berbaring. Matanya berpacu dengan langit menitikkan air. Isak tangis nya berpacu riuh dengan rintikan hujan.
Kawanan Bintang di langit masih belum mampu mengerucuti kesedihannya.

2 bait pengantar sebuah cerita yang tidak selesai.

Monday 24 June 2013

Kita bertemu pada suatu sesak ruangan yang penuh gelak tawa. Sesekali sepasang mataku beradu dengan sepasang milikmu. Sajak-sajak lama di kepalaku kembali berkumandang.

Selesai. Matahari datang terlalu cepat.