Tuesday 25 October 2011

anakmu sudah cukup dewasa untuk mengatur waktunya, ma.
I do love you.

Sunday 9 October 2011

harapan seorang bocah

follow the street, follow the lampline.
aku terus mengikuti liukan jalanan yg panjang. menikmati gelap malam sambil terus mengikuti cahaya lampu jalanan yang menjadi penunjuk jalan.
terus berjalan, melupakan rasa penat yg membebani pundak.

come to the garden where they all will gather.
ah, tamannya sudah terlihat. aku bisa mengistirahatkan tubuhku sejenak. dunia terlalu keras bagi tubuh kecilku.

loosing conscious, loosing all the daydream.
kesadaranku perlahan melayang layang, hilang. semua angan angan yg ku gambarkan di langit saat bumi begitu terang benderang dan terik perlahan juga menghilang.

the street is empty tonight. we are going to consume all the daylight.
jalanan sudah kosong. tak ada lagi pembaca surat kabar. kini, hanya kami gerombolan bocah yg mengonsumsi terang bulan dan lampu jalanan. di bawah remang lampu jalanan, kami memejamkan mata. berharap ada yg menjadikan kami sosok berharga.

hanya berharap nominal yang lebih besar untuk setiap eksamplar yg kami jual.
hanya berharap bisa menjadi seperti mereka mereka,
sosok seusiaku yg menikmati remang lampu jalanan dengan kain tebal membungkus tubuhnya dan sesosok tinggi besar memberi kasih sayang.
menikmati makanan enak, tidur di kasur empuk.

the street is empty tonight.
saatnya aku tidur, dengan segala harapan.

(mengkonversikan konsep Melancholic Bitch - the street)

Saturday 1 October 2011

lari..

mimpi indah berlalu begitu cepat tanpa jejak. penglihatan tersuramkan detak jantung yang semakin mengencang.
keringat pun mengucur. membasahi raut wajah yang seakan menyimpan banyak pertanyaan.
terbangun dengan perasaan yang hanya merasakan kematian semakin dekat. harus berlari jauh dari komplotan komplotan pembunuh dengan beribu siasat nya.

detak jantung mengencang.
fikiran tak fokus.
keringat tak henti mengucur.

seakan tak ada titik terang yang hadir. semua tampak begitu gelap di tengah gemerlap yang akan muncul di akhir hembusan nafas ini.

nafas tak teratur, fikiran penuh akan tekanan. derap langkah kaki di luar sana semakin menekan. terus menekan, hingga sesak.

haruskah keluar dari kenyataan yang begitu menekan ini?pikiran dicumbui rasa gelisah.
ayolah, aku hanya penumpang. tak perlu tertekan dengan semua ego dan kemunafikan di luar sana.

haruskah aku lari, dan terus berlari dengan semua kegelisahan ini hanya karena ego dan fanatisme dangkal?

melarikan fikiran dengan detak kegelisahan angels and airwaves-anxiety