Monday 20 May 2013

Cangkir yang Tidak Lagi Bisa dibagi Berdua

Maaf, ketika aku menumpahkan secangkir keceriaanmu. Menuangkan kopi pahit yang kau enggan dari teko kesukaanku. Kerap tidak menabur gula kebahagiaan pada cangkir kita. Yang ada hanya kegetiran. Tanganku pun kaku, tanpa bisa memapahmu dalam kegelisahanmu. Hingga akhirnya kau lelah.
Dan pada akhirnya, sekarang, kita menikmati cangkir kita masing-masing. Cangkir yang sudah tidak lagi bisa kita nikmati berdua.
Terimakasih untuk cangkir-cangkir manis selama ini. Kau berhak menikmati dunia yang ceria layaknya cangkir kesukaanmu. Pergilah, kejar kupu-kupu manis di taman itu. Bermain sesuka hatimu menikmati pijaran hangat sinar mentari, tanpa lelah, tanpa ada bayang kegelisahan.

Sunday 12 May 2013

Sesekali kita perlu terjatuh, duduk manis menikmati setiap denyutan perihnya.
Membiarkan impuls sakit menuntunmu ke lantai nestapa, berdansa muram,
hingga lelah.
Dan sampai pada pesta puncak, pikiran-pikiran liar berlarian di kepala untuk dipunguti.
Kemudian sadar betapa naifnya kita selama ini.