Monday 28 January 2013

Aku ingin menyapukan pensilku diatas kertas, membuat sebuah sketsa. Membiarkan sketsa itu berbicara dalam diam. Menggantungnya di dinding hatimu. Meresap hingga ke sel-sel ragamu.
Karena aku tidak perlu banyak berbicara untuk menuangkan segala gebu sayang yang ada pada hati ini. Karena semesta kita bercengkrama tidak melulu tersurat.

Monday 21 January 2013

Memori pada Suatu Kehilangan

Hei, @anggitoooo.

...
Aku hanya lebih bisa menghelakan nafasku, kemudian kembali terdiam untuk merenungkan semuanya. Kita hanya diperkenankan Tuhan untuk saling mengenal kurang lebih 5 tahun.

Berat memang, kita pernah berjuang bersama dalam satu kelas selama kurang lebih 3 tahun. Dan tahun berikutnya pun kita memang masih dalam satu lingkungan yang sama. Memang, ini kehilangan kami, teman-teman yang pernah berbagi tawa denganmu, teman-teman yang pernah membuatmu kesal, teman-teman yang berjuang bersama-sama denganmu.
Kau ingat bagaimana dulu kita menghabiskan hari-hari di sekolah? Bagaimana kita habiskan Sabtu siang sepulang sekolah berkumpul dan bermain di rumah Deri sampai sore? Memang bukan selalu manis yang kita ukirkan bersama, meski memang selalu ada cekcok kecil-kecilan. Tapi kita selalu bisa tertawa bersama lagi. Seharusnya kita bisa berkumpul lagi, bersenda gurau lagi, bermain bersama-sama kembali.

Kau ingat, tahun lalu aku pernah menulis surat seperti ini juga untukmu pada surat ini.
Memang, Tuhan seakan mengabulkannya. Beberapa bulan setelahnya kau menunjukkan kepada kami bahwa kau tidak menyerah. Dengan kondisi yang memang tidak sesempurna sebelumnya, kau kembali. Kita sempat berkumpul bersama lagi.
Tidak lama. Lebih kurang 4 bulan, kau lagi-lagi menghilang. Sakit lagi. Perawatan lagi. Kemo lagi.

Dan kemarin, kau benar-benar meninggalkan kami. Untuk selamanya.
Kondisi yang naik-turun, tubuh yang semakin mengurus, memang bukan itu yang ingin kami lihat darimu, Git. Tapi, Tuhan berkehendak. Kita memang tidak bisa menolaknya, ataupun memakinya. Kita hanya bisa menerima. Bagaimana sebuah kehilangan di antara kami, diantara kita.

Tidurlah yang lelap, Git. Tanpa ada lagi rasa sakit. Semoga kau ditempatkan di tempat yang terbaik di sana. Semoga juga kau dan Tuhan akrab. Doa kami akan selalu bersamamu. 

-dari temanmu, dan teman-teman yang kehilangan mu.

Thursday 17 January 2013

Harmoni pada D Minor

Selamat sore, buddy @hollynobody.

Semoga surat ini membawa cinta yang harmoni, sebagaimana harmoni indah yang kalian berikan pada D minor. Kemudian kita bisa berdansa hingga pagi dalam lantunan Bossanova yang modern yang diselimuti oleh balutan nada pop.

Hari itu sedang hujan, ia membawa berkah. Hujan menuntunku bertemu dengan lantunan-lantunan merdu Pop-Bossanova dari ranah Bandung. Membiarkanku terjatuh begitu saja, meresapi Kiss the Pain Away, untuk selanjutnya larut dalam nada-nada indah nan merdu lainnya. Dan kemudian menjadi soundtrack untuk skrip-skrip hidup yang aku jalani selama ini.

Sesederhana itu aku larut dalam harmoni-harmoni romantik yang tercipta dalam selusin lebih lagu yang kalian ciptakan. Begitu indah.
Cinta memang unik, Tuhan memang maha luar biasa menciptakan komposisi nya. Bagaimana seseorang jatuh kepada sesuatu yang tidak hidup seperti dirinya. Se-spontan itu, se-spontan bagaimana kalian -Hollywood Nobody- terbentuk.

Ah, aku merasa sebuah rindu.
Rindu untuk begitu excited seperti dahulu kala saat pertama kali mendengarkan lagu-lagu kalian.
Baiklah, surat ini semakin tampak tidak berisi. Aku memang tidak handal mengungkapkan sebuah kecintaan.
Semoga kalian sehat selalu, dan aku di sini, Pekanbaru, akan terus menantikan karya terbaru dari kalian. Dan semoga kita bisa bertemu secara langsung, kalian di atas panggung dan aku menjadi salah satu yang ada didalam keramaian menyaksikan harmoni kalian, dengan detak jantung yang tidak biasa, penuh sukacita.

Yes, everything happens for a reason. And i'll always be here, capturing your moves. So I write this letter for you.

-Dari seorang pengagum Pencinta.

Monday 14 January 2013

Waktu pada Semesta Kita

Selamat sore, Nona.

Atau aku seharusnya mengucapkan selamat malam? Karena aku yakin kau akan membacanya pada malam hari. Ah sudahlah, aku memang tidak pandai berbasa-basi. Seperti saat kita pertama mengenal satu sama lain. Bahkan kita sepertinya tidak pernah benar-benar berkenalan. Kita sama-sama ingat bagaimana kita memulai percakapan pada sebuah media pesan singkat. Iya, aku memulainya tanpa ada basa-basi. Dan memang sepertinya tanpa perkenalan.
Tetapi, waktu membiarkan kita mengenal tanpa basa-basi bernama perkenalan.

Waktu juga yang membiarkan kita membuat langkah-langkah kecil kita selama ini. Membiarkan kita menciptakan romansa pada semesta kita. Waktu juga yang membiarkan kita mengisi semesta kita dengan tawa ceriamu, menorehkan keindahan-keindahan lainnya.
Meski terkadang waktu terlalu tergesa-gesa dan pergi terlalu cepat.

Waktu terbang begitu saja sejak pada pagi hari di ulang tahunmu yang ke-17.
Meski belum genap 30 hari. Pagi itu kita memulai semesta kita yang baru. Pagi itu waktu menepis semua ragu pada kepala kita. Pada pagi itu waktu menjawab pertanyaan yang sama yang pernah aku berikan kepadamu. Pada pagi itu, kau dan aku, menjadi kita.

Sayang, kita akan terus berjalan bersama. Kita tidak perlu berhenti saat kau tertatih, aku akan ada untuk memapahmu. Kita akan terus melangkah. Dan waktu, bersama semesta akan berkonspirasi untuk semesta kita.

-Surat pertama pada kotak pos Semesta Kita, @pramithaR-