Tuesday 14 August 2012

Malam yang Enggan

seberapa sulit untuk terpejam? sulit. sepasang kelopak mata ini enggan terpejam. insomnia, kata mereka.
atau karena kafein?


tapi secangkir kafein hanyalah cangkir yang terlalu manis untuk menjadi tersangka. kafein mampu memberi romansa romansa indah pada sebuah malam yang larut. kafein juga tak melulu sendu, karena kita tidak selamanya menyeduh sebuah sendu.
kafein itu teman terbaik untuk sebuah malam.

lalu, dongeng apa yang cocok untuk meniduri sepasang kelopak mata yang sudah tidak berukuran wajar? romansa lagi? kita mungkin sudah bosan akan dongeng-dongeng yang itu-itu saja.

sajak apa yang harus kita dendangkan lagi? elegi? kita tidak perlu meresapi elegi sampai mati.

ah, sudahlah. malam mungkin hanya berkonspirasi untuk mencumbu rongga rongga otakku. menuangkan isi tiap tiap sudut otak ini.
malam enggan berlalu begitu cepat pada sepasang mata ini.

Sunday 12 August 2012

Pelangi yang Tak Kunjung Datang



Nafasnya sendu, matanya pilu, hatinya kemarau, maskaranya luntur tak beraturan. Seorang Wanita tertatih di tengah hutan yang meredam dunia luar. Dunia yang terlalu keras bagi seorang Wanita rapuh.

Wanita ini terus berlari, membelah rusuk-rusuk hutan yang didiami pohon besar dan kekar. Matanya tak henti menghujani pipinya. Ia terus berjalan dengan sendu. Kepalanya masih dibayang-bayangi Pria dengan tuxedo hitam yang mencekik tangisnya.

Pria tua dengan jas dan dasi kupu-kupu usang mendatanginya,
"Apa yang kau cari disini, gadis kecil?"
"Aku mencari pelangi.", jawab wanita itu singkat, tanpa memeberi atensi lebih ke pak tua.

Ia terus berjalan, sembari menggenggam mawar yang dimekari oleh air matanya.
Musim penghujan seakan betah memberi siklus pada matanya, sementara hatinya kering kerontang. Rambutnya tergerai layu. Ia berjalan dan terus berjalan.

Entah dimana Ia akan menemukan pelangi. Ia hanya berjalan lurus dengan berbagai pikiran yang merecoki hatinya, menyayat-nyayat sisi-sisi hatinya yang semakin rapuh.
Sampai pada akhirnya isi kepalanya tumpah ruah, menembak tepat ke jantungnya layaknya selongsong peluru.
Wanita tadi terbunuh oleh pikirannya sendiri, roh nya meninggalkan jiwa yang penuh peluh, mata yang memerah, dan hati yang keruh. Namun pelangi tak kunjung datang.