"Ini hari pertama dirinya kusekap. Diruangan yg lumayan layak untuk seorang sandera. Aku tetap memberinya sedikit kebebasan, tapi tidak untuk bergerak dan berteriak. Biarlah, aku tak peduli dengan amarahnya yg terus memuncak. Berdoa sajalah seseorang menghubungi dan membayar harga yg kutetapkan.
Mungkin tak ada yg sanggup menebus hargaku. Sedangkan Aku, butuh asupan makanan yg seperti orang lain dapatkan, begitu juga Kau. Bahkan Kau yg notabene sandera lebih banyak menerima suntikan gizi.
Ketika Kau tau hal itu, tatapanmu berubah.
Hari ketiga, masih tetap tak ada yg menghubungi. Aku sudah lelah menyekapmu, dan Aku tau Kau pun sudah lelah melihatku menahan rasa lapar. Kini Aku tergeletak nyaris tak berdaya. Mulai saat itu everything's changed.
Look to the stars, let hope burn in your eyes.
And we'll love, and we'll hope, and we'll die, all to no avail.
Tatapan kita berbeda, dan saat itu Aku tau, kita jatuh bersama.
This is the last time I'll abandon you, and this is the last time I'll forget you. I wish I could.
Aku mulai percaya, Cinta itu Buta..."
Stockholm Syndrome, Muse
No comments:
Post a Comment