kepada sebuah nurani, yg telah dilahap oleh ego.
mungkin kalian terlalu tinggi untuk melihat kebawah, terlalu kaya untuk dipandang miskin. meskipun ada krisis yg membahayakan di dalam tubuh kalian, krisis rasa.
sesulit itukah melihat hal yg sepatutnya menjadi salah satu hal yg kalian rekam dalam memori otak, cerna dengan sebuah hati?
sudah pernah melihat seorang lelaki tua yg menghabiskan masa tuanya di sebuah persimpangan gang yg menanti seseorang membutuhkan bensin?beliau tidak meronta ronta meski sebenarnya duitnya telah kalian permainkan di kantong kalian.
sudah pernah melihat ibu ibu berusia tanggung melawan kerasnya hidup ketika anaknya dibawa kabur oleh suaminya sendiri untuk meminta minta di suatu tempat entah dimana?kemudian hanya bisa pasrah melanjutkan hidupnya dengan penghasilan yg entah berapa kali lipat dibawah kalian.
sudah pernah melihat seorang ayah yg termakan propaganda dinding dan kemudian dipenjarakan karena mencuri sekaleng susu?ia nekat, sebuah label kemiskinan membuatnya merasa kuat, agar anaknya tidak mati begitu saja.
sudah pernah memberi minum anak usia sekolah dasar yg menahan rasa haus dibawah terik matahari dan terpaan asap knalpot?ia seolah berpuasa karena tidak punya uang, tetapi tetap menikmati hidupnya.
itu contoh kecil kehidupan dibawah, sengaja aku ceritakan karena memang kalian begitu tinggi di atas sana. iya, hidup memang keras. sampai kapan kalian ingin mempermainkan duit duit yg tidak seharusnya mengalir ke kantong kalian?
berhenti saja, bukan itu cara menikmati hidup. atau kalian hanya ingin bersyukur ketika hanya tidur di atapi kolong jembatan?
berhentilah bermain main dengan hak orang, sebelum Tuhan menghukummu.
Tuhan punya caranya sendiri.
No comments:
Post a Comment