Saturday, 21 July 2012

Perca yang Tak Terselesaikan

Hangat matahari membangunkanku, masih di ruangan biasanya. Ruangan berwangikan cat minyak, berhiaskan noda cat tumpah, dan juga bau tembakau sisa semalam, juga kanvas yang belum kuselesaikan. Kanvas yang selalu kuisi dengan abstraksi, memberi warna sesukanya. Seperti warna hijau untuk langit, dan magenta untuk daun daun yang gugur.

Seperti halnya dalam wayang, aku adalah seorang dalang. Melukis bukan hasil sebuah dikte dari segelintir nada minor. Melukis itu mendalangi satu kesatuan warna, mewujudkan fantasi fantasi liar. Hasil dari sebuah lukisan bukan sebatas gambar mati. Hasilnya memiliki sebuah alur cerita tersendiri. Ada skrip yang tak terbaca dibaliknya. Ada skrip dimana kita tidak harus benar benar mengerti.

Ada sebuah skrip dimana aku gagal menaklukkan ceritanya, kanvas ini hanya sebuah kanvas dengan kumpulan kumpulan warna yang ditumpuk dan bolong tak berwarna di bagian tengah.
Layaknya menyusun perca, aku kehabisan benang. Perca yang tak terselesaikan.


abstrak.
salah satu skrip yang tidak perlu kalian pahami.

No comments:

Post a Comment