Friday, 28 June 2013

Sore Terakhir

Salju masih terus berjatuhan. Aku masih terpaku di perapian. Instrumental klasik membahana di seluruh ruangan. Meliuk di telinga kiri ku, dan juga di kanan. Kayu bakar mulai jatuh berguguran. Cangkir teh yang sudah sedari tadi masih tak tersentuh tangan, asapnya mengebul layaknya sebuah harapan.

Wajahmu pucat. Pasi. Kaku. Padahal baru saja kita menertawakan kesedihan kita.
"Wajahmu seperti kepiting rebus" katamu, sambil tertawa. Dan aku hanya bisa ikut larut dalam nada-nada tawamu.
Pada saat seperti ini aku tidak tau harus berbuat apa. Menanti Matahari terbit lagi? Ia baru saja berlalu. Menunggu bintang memberi jawaban? Langit bahkan terlalu angkuh memberi ruang untuk bintang-bintang itu berpijar.

Jadilah aku di sini, tertekuk. Mengutuk-ngutuk. Gundah.
Bukan kepergianmu yang seperti ini yang kuharapkan. Berakhir di depan perapian karena kau harus beristirahat.
Selamanya.

No comments:

Post a Comment